Focuskaltim.id, Penajam – Di tengah keterbatasan akses air bersih, warga Desa Sesumpu, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), menunjukkan semangat bertahan hidup dengan cara-cara kreatif dan penuh perjuangan. Meski masih mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari, mereka tidak menyerah pada keadaan.
Bagi Hayati (53), seorang ibu rumah tangga di Desa Sesumpu, air hujan adalah berkah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia dan warga lainnya menampung air hujan menggunakan tandon besar untuk mencuci dan mandi. Namun, untuk kebutuhan minum dan memasak, cerita ini menjadi lebih kompleks.
Seiring waktu, sumur yang dulu menjadi andalan warga tidak lagi dapat digunakan. “Airnya sudah terkontaminasi air laut, jadi rasanya asin dan tidak layak konsumsi meskipun direbus,” ujar Hayati. Situasi ini membuat sebagian warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air dari depot di desa tetangga, Girimukti.
“Setiap bulan saya harus mengisi tandon tiga kali, dan setiap pengisian harganya Rp90 ribu. Mahal, tapi ini satu-satunya cara kami mendapatkan air bersih untuk diminum,” jelas Hayati, Jumat, (13/12/2024).
Meski hidup dalam keterbatasan, warga Desa Sesumpu tetap berharap pemerintah daerah segera memberikan solusi. Menurut Hayati, kebutuhan akan air bersih bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga kesehatan. “Kami ingin PDAM segera menjangkau desa kami. Air bersih adalah kebutuhan dasar,” katanya penuh harap.
Kisah warga Sesumpu adalah potret ketangguhan masyarakat Indonesia yang mampu bertahan di tengah krisis. Di balik setiap tandon yang penuh air hujan dan setiap perjalanan ke depot, ada tekad untuk tetap hidup dengan layak.
Mungkin saat ini, air bersih masih menjadi impian yang harus diperjuangkan. Namun, warga Desa Sesumpu menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah, melainkan peluang untuk terus melangkah dan berharap akan perubahan yang lebih baik.(Zac)