Focuskaltim.id, Penajam – Dibalik geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara (PPU), Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, menjadi salah satu pusat ketahanan pangan berkat program budidaya ikan air tawar yang sukses dijalankan.
Desa ini dijuluki “Kampung Seribu Kolam” oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2023, berkat kontribusinya yang signifikan terhadap produksi ikan air tawar di PPU.
Menurut Kepala Dinas Perikanan PPU, Rozihan Asward, produksi perikanan di Sebakung Jaya terus mencatat peningkatan. Pada 2024, desa ini berhasil memproduksi hingga 13 ton ikan air tawar, melampaui target tahunan Diskan PPU yang hanya sebesar 11 ton.
“Awalnya produksi di sini hanya 9 ton per tahun. Berkat program yang terarah, kini produksinya melonjak hingga 13 ton. Ini adalah bukti bahwa pengelolaan perikanan berbasis masyarakat sangat efektif,” ujar Rozihan, Jumat (29/11/2024).
Keberhasilan ini tidak lepas dari program “1.000 Kolam Ikan” yang dijalankan pemerintah. Dengan luas total sekitar 200 hektare, sebanyak 500 Kepala Keluarga (KK) di desa ini memiliki setidaknya dua kolam ikan air tawar di sekitar rumah mereka.
Diskan PPU juga memberikan berbagai dukungan, mulai dari bibit ikan patin sebanyak 105.000 ekor, pakan cargill dan starter sebanyak 4 ton, hingga 15 unit aerator untuk meningkatkan kadar oksigen di kolam. Langkah ini dirancang untuk mendongkrak produktivitas dan efisiensi para pembudidaya ikan.
Peningkatan produksi ikan di Sebakung Jaya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Desa ini juga diharapkan menjadi bagian penting dalam rantai pasokan pangan untuk menyokong kebutuhan masyarakat IKN di masa depan.
“Budidaya ikan air tawar di Sebakung Jaya adalah contoh nyata bagaimana ketahanan pangan bisa dicapai melalui pemberdayaan masyarakat dan sinergi antara pemerintah dan pembudidaya. Kami optimis produksi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang,” tutup Rozihan.
Dengan pendekatan berbasis komunitas, Desa Sebakung Jaya kini bukan hanya menjadi pusat produksi ikan air tawar terbesar di PPU, tetapi juga simbol keberhasilan program ketahanan pangan lokal yang terintegrasi. (Zac)