Focuskaltim.id, Penajam – Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Penajam Paser Utara (PPU), Mulyono, mengingatkan bahwa mengabaikan pola makan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) dapat membawa dampak kesehatan yang serius, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Pola makan B2SA, yang menekankan pentingnya asupan makanan dari berbagai kelompok pangan dengan kualitas gizi yang seimbang, merupakan pilar utama untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Mulyono menegaskan, kegagalan dalam menerapkan pola makan ini bisa berujung pada risiko kesehatan jangka panjang. Bagi anak-anak, risiko yang dihadapi sangatlah serius. Kurangnya asupan makanan yang bergizi dapat menghambat pertumbuhan mereka, baik dari segi fisik maupun mental.
“Jika tidak mengonsumsi makanan B2SA, anak-anak bisa mengalami gizi buruk seperti kurang cerdas, sering sakit, stunting, hingga kematian,” ujar Mulyono.
Kondisi seperti gizi buruk dan stunting menjadi masalah yang perlu diantisipasi karena berpotensi menghambat kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
Stunting, atau kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat kurang gizi kronis, masih menjadi isu yang signifikan di beberapa daerah di Indonesia. Menurut Mulyono, kasus stunting ini bisa dicegah dengan memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang sejak usia dini.
“Stunting bukan hanya soal tinggi badan anak yang tidak optimal, tapi juga tentang perkembangan otak yang terganggu. Anak yang stunting cenderung memiliki kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan anak yang tumbuh dengan gizi baik,” jelasnya.
Sementara itu, bagi orang dewasa, risiko kesehatan yang muncul juga tak kalah mengkhawatirkan. Mulyono menyatakan bahwa orang dewasa yang tidak mengonsumsi makanan B2SA berisiko lebih besar terkena penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.
“Sedangkan untuk orang dewasa, tidak mengonsumsi makanan B2SA akan rentan mengalami diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi,” katanya.
Penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Pola makan yang tidak seimbang, ditambah dengan gaya hidup yang tidak sehat, menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kasus-kasus tersebut.
Mulyono menambahkan, kebiasaan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, gula, dan garam, tanpa diimbangi dengan asupan serat, protein, dan vitamin yang cukup, dapat memperburuk kondisi kesehatan. (*)