Focuskaltim.id, Penajam – Krisis sistem irigasi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), sangat berdampak terhadap sektor pertanian. Dinas Pertanian (Distan) PPU mencatat sebanyak 627 hektare lahan pertanian telah beralih fungsi menjadi perkebunan, terutama kelapa sawit.
“Menurut data sementara lahan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan luasnya mencapai 627 hektare,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Distan PPU, Gunawan, Minggu (11/05/2025).
Berdasarkan data dari Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) PPU, total luasan lahan pertanian di wilayah PPU kini menyusut menjadi 7.508 hektare.
Minimnya infrastruktur pendukung seperti irigasi menjadi salah satu alasan utama petani mulai meninggalkan lahan pertanian. Selain itu tingginya kadar keasaman tanah juga menjadi tantangan bagi para petani khususnya di Rawa Sebakung, Kecamatan Babulu. Disebutkan, kadar keasaman tanah yang tinggi mengakibatkan menurunnya produktivitas hasil pertanian.
“Banyak faktor yang menyebabkan para petani mengalihfungsikan lahan pertaniannya, salah satunya adalah sistem irigasi yang belum memadai,” jelasnya.
Sebagai antisipasi, Distan PPU tengah mendorong percepatan pembangunan Bendung Gerak Sungai Telake yang terletak di perbatasan PPU dan Kabupaten Paser, dan juga memperbanyak distribusi kapur dolamite sebagai upaya mengurangi kadar asam tanah.
Bendungan yang dirancang dengan lebar 90,2 meter dan diproyeksikan mampu mengairi lahan pertanian seluas 21.000 hektare. Apalagi selama ini, para petani hanya mengandalkan air tadah hujan sebagai sumber pengairan untuk lahan pertanian. Dikhawatirkan, kondisi itu bakal meningkatkan resiko pengalihan lahan pertanian menjadi perkebunan sawit.
Tanpa adanya suplai air secara stabil, upaya mendukung program ketahanan pangan nasional akan terhambat.
“Kami minta kepada Kementerian PUPR agar merealisasikan proyek ini. Keberadaan bendung ini sangat krusial untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah kami,” pungkasnya. (Adv/Diskominfo)