Focuskaltim.id, Jakarta – Layanan peta dan navigasi Google Maps di Indonesia belakangan dihebohkan dengan suatu fenomena baru, yaitu pencantuman nomor kontak atau nomor WhatsApp (WA) palsu di informasi alamat suatu bisnis atau tempat usaha.
Tak sedikit pengguna yang mengira fenomena ini disebabkan oleh akun Google tempat usaha tersebut diretas (hack) oleh para hacker. Karena sudah diambil alih, peretas bisa mengubah informasi tempat usaha yang diretas sesuka hati.
Namun pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengatakan fenomena ini sebenarnya bukan peretasan yang dilakukan hacker, melainkan penipuan yang dilakukan penipu alias scammer.
“Fenomena ini mungkin lebih tepatnya disebut sebagai penipuan, bukan peretasan. Sebab, para pelaku ini menggunakan Google Maps untuk memasukkan informasi atau kontak palsu guna mengelabui korban,” kata Alfons.
Tak adanya perbaikan ini juga dipicu oleh minimnya perhatian dari para pemilik akun bisnis di Google Maps. Karena tidak diawasi atau dikelola, maka para penipu bisa dengan leluasa menyisipkan informasi kontak palsu di tempat usaha yang ada di Google Maps.
“Semua tipe tempat usaha yang tercantum di Google Maps, seperti rental mobil, hotel, sewa vila, dan lain-lain bisa menjadi target pemalsuan informasi. Apalagi jika pemilik bisnis tidak rajin mengelola akun bisnis mereka, maka penipu bisa dengan mudah melancarkan aksinya,” jelas Alfons.
“Kalau rajin, maka pemilik bisnis bisa mengubah informasi yang keliru tersebut dengan cara memverifikasinya, sehingga tidak ada yang tertipu,” imbuh Alfons.
Penipuan ini muncul dengan memanfaatkan fitur “Edit” di Google Maps. Fitur ini memungkinkan siapa saja mengajukan perubahan, seperti informasi alamat, nomor kontak, dan lain sebagainya pada suatu tempat yang ada di Google Maps.
Sehingga, pengguna bisa saja terkecoh dengan informasi palsu. Nah, fitur Edit ini bisa dipakai untuk scam karena para oknum biasanya meminta pengguna untuk menghubungi nomor WA palsu yang tertera.
Untuk tempat penyedia jasa, oknum-oknum ini bahkan bisa meminta pengguna untuk membayarkan uang down payment (DP) ke rekening misterius, supaya pembelian jasa, biasanya proses penyewaan, berjalan dengan lancar.
Meski fenomena di atas disebut sebagai penipuan, penambahan informasi palsu di Google Maps ini juga bisa menjadi peretasan.
Bisa dianggap peretasan apabila akun Google pemilik bisnis ternyata memang diretas dan diambil alih oleh orang yang tak bertanggung jawab.
Dalam hal ini, para peretas bisa berperan seakan sebagai pemilik usaha dan melancarkan aksinya untuk menipu pengguna, seperti meminta uang transfer atau DP, dan lain sebagainya.
Sumber:Kompas