Focuskaltim.id, Penajam – Krisis air yang melanda Kelurahan Sesumpu, Kecamatan Penajam, Penajam Paser Utara (PPU), tak hanya berdampak pada kebutuhan rumah tangga, tetapi juga mengancam kelangsungan sektor pertanian.
Ditengah tantangan ini, para petani setempat harus memutar otak untuk tetap mengolah lahan mereka.
Menghadapi minimnya pasokan air, para petani hanya bisa bercocok tanam saat musim hujan tiba. Menurut Lurah Sesumpu, Agusman, air tadah hujan menjadi satu-satunya solusi yang tersedia untuk mengairi lahan persawahan mereka.
“Tanpa hujan, mereka tidak bisa menanam padi. Jadi, musim hujan adalah momen yang sangat dinanti,” kata Agusman, Jumat (13/12/2024).
Kondisi ini membuat pola tanam petani bergantung sepenuhnya pada cuaca. Dalam setahun, petani umumnya hanya bisa menanam padi dua kali, meski ada beberapa yang berani menanam di luar musim hujan dengan risiko tinggi.
“Bertani tetap menjadi harapan besar untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka, terutama dengan potensi besar di wilayah ini,” tambah Agusman.
Letak strategis PPU yang kini menjadi bagian dari wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) membuka peluang besar bagi Kelurahan Sesumpu untuk berkembang sebagai sentra pangan. Namun, impian ini terhambat oleh kurangnya infrastruktur air yang memadai.
Agusman menekankan pentingnya perhatian serius dari pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah ini.
“Infrastruktur air harus menjadi prioritas utama. Tanpa itu, potensi wilayah kami sulit berkembang maksimal,” ujarnya.
Ia berharap solusi jangka panjang, seperti pembangunan sistem pipanisasi, segera direalisasikan.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa sektor pertanian bisa menjadi penopang utama ketahanan pangan di IKN.
“Jika permasalahan air terselesaikan, Sesumpu bisa menjadi wilayah yang mendukung kebutuhan beras IKN,” pungkasnya.(Zac)