PPU

Membangun Rumah Cinta di IKN, Upaya PPU Kurangi Risiko Sosial Pekerja

×

Membangun Rumah Cinta di IKN, Upaya PPU Kurangi Risiko Sosial Pekerja

Sebarkan artikel ini
Kepala UPTD PPA DP3AP2KB PPU, Hidayah.

Focuskaltim.id, Penajam – Seiring dengan terus berlangsungnya proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) melalui UPTD PPA, DP3AP2KB menggagas sebuah inisiatif yang dinilai inovatif dan proaktif dalam mengatasi potensi masalah sosial di kalangan pekerja. 

Kepala UPTD PPA PPU, Hidayah, mengungkapkan konsep “Rumah Cinta,” sebuah fasilitas yang dirancang untuk menyediakan ruang bagi pekerja yang ingin bertemu dengan pasangan resmi mereka tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Konsep Rumah Cinta ini sebenarnya serupa dengan bilik asmara, namun dengan sentuhan nama yang lebih halus dan lebih humanis. “Jadi rumah cinta itu seperti bilik asmara, cuma memang kan kalimatnya harus dibikin sedemikian rupa, makanya namanya rumah cinta,” jelas Hidayah dalam penuturannya.

Baca Juga :  Logistik Pilkada PPU Mulai Didistribusikan ke Kecamatan

Menurutnya, fasilitas ini memiliki tujuan yang lebih dalam dari sekadar memberikan ruang bagi pekerja yang ingin bertemu dengan pasangan. 

Rumah Cinta juga diharapkan dapat berfungsi sebagai langkah preventif untuk mengurangi potensi risiko sosial, seperti tindakan pelecehan, pemerkosaan, atau perilaku lain yang tidak diinginkan di lingkungan kerja yang mayoritas dihuni oleh pekerja laki-laki yang jauh dari keluarganya. 

Dengan menyediakan fasilitas ini, pemerintah berharap dapat mengurangi kemungkinan terjadinya masalah sosial di antara pekerja IKN yang terisolasi dari kehidupan keluarga mereka selama proyek pembangunan.

Hidayah menjelaskan bahwa konsep Rumah Cinta ini mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak, terutama dari kalangan penyedia tenaga kerja. 

Baca Juga :  Menhub Tinjau Kesiapan Bandara VVIP Jelang Upacara 17 Agustus di IKN

Mereka menyadari pentingnya menyediakan fasilitas yang dapat membantu pekerja menyalurkan kebutuhan biologisnya secara resmi dan sah, serta menjaga keseimbangan psikologis selama bekerja di kawasan yang jauh dari kehidupan keluarga.

“Alhamdulillah, mereka menyambut baik. Selain itu, diberi cuti pulang ke rumah dalam jangka berapa lama, itu salah satu untuk pencegahan dan penanganan,” tandas Hidayah. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *