Focuskaltim.id, Penajam – Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terus memperkuat langkah-langkah pencegahan untuk mencapai eliminasi malaria pada 2028. Sejumlah program strategis telah dijalankan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU, termasuk distribusi kelambu, peningkatan skrining, serta pelatihan kader kesehatan guna menjangkau daerah terpencil.
Kepala Seksi Entomologi Kesehatan Dinkes PPU, Harjito Ponco Waluyo, mengungkapkan bahwa upaya tersebut telah menunjukkan hasil positif, dengan penurunan kasus malaria sebesar 60 persen dalam setahun terakhir. Jumlah penderita malaria pada 2024 tercatat sebanyak 558 jiwa, turun drastis dibandingkan 1.331 kasus pada 2023.
“Harapan kami, dengan berbagai upaya yang dilakukan, PPU dapat mencapai status hijau tahun depan,” ujar Ponco, Senin (04/02/2025).
Sebagai bagian dari langkah pencegahan, Dinkes PPU akan mendistribusikan 64.500 kelambu pada Maret 2025 di Kecamatan Sepaku dan wilayah endemis lainnya. Selain itu, peningkatan skrining terhadap individu yang keluar-masuk PPU juga diperketat guna memastikan mereka bebas dari parasit malaria.
“Ketika seseorang masuk ke wilayah PPU dan telah diperiksa, maka dia dinyatakan tidak membawa parasit malaria,” jelasnya.
Tantangan terbesar dalam eliminasi malaria di PPU masih berasal dari wilayah perbatasan dengan Kabupaten Paser dan Kutai Barat. Pergerakan penduduk migran, sulitnya akses ke daerah terpencil, serta keterbatasan dalam tindak lanjut pengobatan menjadi hambatan utama.
PPU sebelumnya termasuk dalam zona merah malaria dengan Annual Parasit Incidence (API) di atas 5 per 1.000 penduduk—satu-satunya wilayah di luar Papua dengan status tersebut. Namun, dengan intervensi yang dilakukan, status wilayah kini berangsur membaik menjadi zona kuning.
Di Ibu Kota Nusantara (IKN), kasus indigenous atau penularan lokal malaria tidak ditemukan. Namun, di PPU, masih terdapat kasus indigenous di Kelurahan Sotek RT 16 yang berbatasan langsung dengan Muara Toyu, Kabupaten Paser. Sebagian besar penderita malaria di wilayah ini berasal dari kelompok pekerja hutan dan pembuka lahan perkebunan.
Pada awal Januari 2025, ditemukan sembilan kasus malaria di perbatasan dengan Kutai Kartanegara, dua kasus di wilayah PPU, serta sepuluh kasus di perbatasan Muara Toyu sampai seluruhnya menjalani pengobatan di Kelurahan Sotek.
“Dengan berbagai intervensi yang kami dilakukan, kami yakin dapat mencapai status wilayah hijau pada 2025 dan menuntaskan eliminasi malaria pada 2028,” tutupnya. (Zac)