Focuskaltim.id, Penajam – Kepala UPTD PPA, DP3AP2KB PPU, Hidayah, mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi lembaganya terkait ketiadaan psikolog klinis. Hal ini menjadi kendala signifikan, terutama dalam proses penanganan trauma korban kekerasan yang harus dirujuk ke Balikpapan.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai efektivitas dan kecepatan layanan yang bisa diberikan kepada korban, terutama anak-anak dan perempuan.
“Sebenarnya sih lebih efektif kalau kita punya psikolog klinis sendiri, tetapi permasalahannya kan SDM-nya memang yang masih kurang karena di Balikpapan saja masih satu, kemudian di Samarinda baru satu di UPTD PPA sana,” ungkap Hidayah.
Keterbatasan jumlah psikolog klinis di wilayah Kalimantan Timur ini menjadi sorotan, mengingat bahwa penanganan trauma adalah hal yang sangat mendesak bagi korban.
Dalam upaya menemukan solusi, Hidayah menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia (BKPSDM). Sayangnya, hasil dari koordinasi ini menunjukkan bahwa perekrutan psikolog klinis bukanlah hal yang mudah.
“Sudah sempat berkoordinasi dengan BKPSDM, mereka bilang sih memang agak langka untuk psikolog klinis dan formasinya memang tidak dibuka,” jelasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa UPTD PPA PPU perlu mengatasi tantangan yang lebih besar untuk mendapatkan tenaga psikolog klinis yang berkompeten. Meski begitu, Hidayah juga menyampaikan kabar baik terkait formasi psikolog umum.
“Tetapi kalau untuk psikolog umum, tahun ini formasinya ada dua di penerimaan CPNS, satu untuk di pencegahan, satu di UPTD PPA,” ujarnya.
Ketersediaan formasi ini diharapkan dapat membantu mendukung proses penanganan awal kepada korban, meskipun tidak bisa menggantikan peran psikolog klinis yang dibutuhkan untuk penanganan trauma yang lebih mendalam. (*)