Focuskaltim.id, Penajam – Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Penajam Paser Utara (PPU), Mulyono, menyampaikan hasil positif dari uji beberapa sayuran di PPU yang terbukti bebas dari kandungan bahan kimia berbahaya.
Kelompok yang melakukan uji terhadap sayuran seperti bayam, sawi, semangka, dan melon berhasil mendapatkan hasil nihil dari zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan.
Namun, Mulyono mengingatkan bahwa masih banyak kelompok lainnya di PPU yang belum melakukan uji serupa, sehingga penting untuk terus meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya pangan yang terkontaminasi bahan kimia.
“Kami pernah membawa sayuran seperti bayam, sawi, semangka, dan melon untuk diuji, hasilnya nihil,” ujar Mulyono.
Ia menegaskan bahwa meskipun hasil ini menggembirakan, tes tersebut hanya mencakup satu kelompok tani, sementara di PPU sendiri masih terdapat banyak kelompok lainnya yang belum tersentuh proses uji ini. Hal ini menandakan bahwa uji terhadap kelompok-kelompok lainnya perlu segera dilakukan guna memastikan keamanan pangan yang lebih menyeluruh.
Mulyono mengungkapkan bahwa konsumsi pangan yang terkontaminasi bahan kimia sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat, dan oleh karena itu, edukasi melalui penyuluhan menjadi langkah kunci.
Menurutnya, masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai bahaya dari residu kimia yang mungkin terkandung dalam produk pertanian. Melalui penyuluhan, masyarakat dapat didorong untuk lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi bahan pangan, terutama sayuran dan buah-buahan.
“Edukasi melalui penyuluhan sangat penting untuk memastikan masyarakat paham. Kalau tidak, yang kita konsumsi sehari-hari akan mengandung bahan kimia,” tegas Mulyono.
Meski begitu, ia juga mengakui bahwa pelaksanaan edukasi semacam ini tidaklah mudah karena terkendala oleh terbatasnya sumber daya dan anggaran yang tersedia di DKP PPU.
Hal ini membuat penyuluhan tidak dapat dilakukan secara maksimal di semua wilayah PPU, sehingga tantangan untuk memastikan keamanan pangan masih menjadi isu yang signifikan di daerah tersebut.
Keterbatasan ini, menurut Mulyono, juga berdampak pada sulitnya menjangkau kelompok-kelompok tani secara menyeluruh untuk melakukan praktek pengujian keamanan pangan.
Meskipun DKP PPU terus berupaya melakukan sosialisasi terkait dampak negatif penggunaan bahan kimia dalam pertanian, tantangan terbesar adalah kurangnya sumber daya manusia yang bisa terlibat secara langsung dalam program-program edukasi tersebut.
“Kendala kita adalah terbatasnya tenaga dan anggaran untuk melakukan edukasi. Meskipun sosialisasi penting, praktek langsung jauh lebih efektif,” tutup Mulyono. (*)