Focuskaltim.id, Penajam – Semangat untuk menumbuhkan budaya membaca tak cukup hanya mengajak orang membuka buku. Menurut Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), minat baca merupakan konsep yang kompleks dan harus diukur dengan indikator yang jelas, terukur, dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Apalagi ketika yang dihadapi bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga era digital yang membentuk ulang pola pencarian informasi masyarakat.
“Kalau kita bicara minat baca, itu kan ada banyak indikator yang harus dicapai. Ada lima indikator pengukuran tingkat gemar membaca yang disurvei,” kata Aswar Bakri, Sekretaris Dispusip PPU, saat menjelaskan bagaimana kebijakan literasi seharusnya disusun berbasis data, bukan asumsi.
Aswar menjabarkan bahwa pengukuran tersebut tak hanya berhenti pada berapa banyak buku yang dibaca, tapi juga melibatkan durasi dan frekuensi membaca, hingga jenis bacaan yang diakses dalam rentang waktu tertentu.
“Pertama, frekuensi membaca, yaitu seberapa banyak seseorang membaca dalam satu minggu. Kedua, durasi membacanya: dalam satu hari berapa jam dia membuka buku. Ketiga, jenis bukunya—dalam tiga bulan ada berapa buku yang dibaca, topiknya apa,” ungkapnya.
Indikator keempat dan kelima mulai menyesuaikan dengan realitas digital masyarakat Indonesia saat ini: frekuensi dan durasi mengakses internet. Ini menunjukkan bahwa dalam dunia yang serba daring, membaca tak hanya dilakukan melalui media cetak, tapi juga melalui platform digital, baik berupa berita, jurnal, e-book, atau bahkan forum diskusi edukatif.
“Karena perkembangan teknologi, dua indikator tambahan adalah frekuensi mengakses internet dan durasinya—berapa kali dia mengakses untuk mencari informasi. Lima faktor itu dihitung dengan kaidah statistik, lalu muncullah angka,” jelas Aswar.
Menurutnya, hasil dari survei tersebut kemudian dituangkan dalam laporan yang rinci, termasuk metodologi pengambilan data seperti jumlah responden, distribusi usia, hingga jenis kelamin responden. Laporan inilah yang menjadi dasar evaluasi keberhasilan program literasi dan penentu arah kebijakan ke depan.
Namun, memahami minat baca masyarakat saja tidak cukup. Dispusip PPU juga menerjemahkan data itu ke dalam praktik di lapangan. Salah satu pendekatan utama mereka adalah menyesuaikan jenis buku yang dibawa dalam program perpustakaan keliling berdasarkan segmen usia dan kebutuhan pembaca.
“Tentu, minat baca juga dipengaruhi oleh topik yang sesuai dengan keinginan mereka. Kalau mengunjungi SD, maka bacaan yang dibawa adalah yang sesuai segmen usia anak-anak SD. Jangan sampai salah bawa buku,” kata Aswar. (Adv/Diskominfo)